Generasi adalah motor sejarah. Mereka tiba untuk mendalilkan harapan: bahwa yang ada tak harus tetap.
Dalam kalimat filosofis: “higher than actuality stands possibility”. Ada peluang yang memungkinkan kehendak terwujud. Energi psikis ini kini menyatu menunggu momentum yang akan menjadikannya monumen.
Sejarah adalah kesempatan, bahwa di atas yang kini, ada yang mungkin. Heidegger, filsuf eksistensialis Jerman merumuskannya singkat: “the ontology of the-not-yet”. Kita bisa membacanya sebagai “yang belum itu, pasti tiba”. Tetapi sekaligus adagium itu berarti harus ada kehendak untuk “menghasilkan yang belum”.
Tumbuh artinya momentum yang sedang membentuk sejarah. Statusnya adalah “on going”.
Manusia ada dalam ontologi itu. Uraian panjang Heidegger dalam karya magnum opusnya “Being and Time” pada akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa keterlibatan dalam peristiwa -“being-in-the-world”- adalah satu-satu alasan menjadi manusia otentik. Kita menyebut itu hari-hari ini sebagai posisi etis.
Kegelisahan generasi adalah pertanda perubahan zaman. Itulah yang kini sedang kita alami. Ketakpastian politik, kesulitan hidup sehari-hari berkejaran dengan politik harapan. Pemenuhan harapan itu bisa dituntut di ruang sidang, tapi juga bisa meluap ke jalan-jalan. Sejarahlah yang akan menjelaskannya nanti.
Sedang tumbuh sebuah generasi. Kendati terhalang semak belukar.
Mereka yang menghendaki perubahan, harus memimpin mendahului zaman.